Sebentar lagi kita akan menyongsong pemilu legislatif, tak pelak 9 April merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat mengadili partai politik. Bak hukum rimba, yang lemahlah yang akan dimakan yang kuat, demikian juga dengan partai politik, yang kecillah yang akan dijadikan santapan segar partai-partai besar nanti. Sebuah konsep usang yang masih tampak di negeri berjuta pulau ini.
Ternyata bukan hanya manusia saja yang ingin ikut andil dalam mengadili bangsa Indonesia, tanggal 27 Maret lalu, banjir bandang sukses menghantam kawasan wisata Situ Gintung, Tangerang, menjadi rata dengan air bah. Puluhan rumah terendam, dan setidaknya 54 orang tewas dan 36 orang luka-luka. Sungguh dahsyat akibat yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Namun apakah alam memang ingin mengadili bangsa ini?
Bukan hal yang aneh ketika bencana telah datang banyak spekulasi yang dilontarkan para ahli, seperti halnya menurut Aan Rukmana, dosen Jurusan Falsafah dan Peradaban, Universitas Paramadina, yang menyatakan bahwa sesungguhnya alam tidak pernah salah pada dirinya, namun kesalahan alam terjadi dalam relasinya dengan diluar dirinya, misalnya manusia. Jika memang semua pada akhirnya kembali pada kesadaran manusia, maka pasti kesadaran bangsa ini pada kelestarian alam belum teruji.
Maka dari itu, selayaknya kita semua harus sadar bahwa kelestarian bumi ini patut dipertahankan. Himbauan untuk mematikan lampu selama 60 menit selama satu hari (20.30 – 21.30) merupakan awal langkah yang baik bagi kita. Satu langkah kecil akan sangat berarti dibanding tidak melakukan apapun untuk alam. Satu lagi hikmah yang akan kita dapatkan dari alam, sudah saatnya kita berubah untuk perbaikan. (Septa)
0 komentar:
Posting Komentar