Nilam (Podostemon cablin) adalah salah satu tanaman yang sudah sangat di kenal di masyarakat. Nilam merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan dasar parfum. Selain tanaman nilam sendiri ada juga beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yang lain. Namun lebih dari 50% bahan dasar pembuat minyak atsiri sendiri adalah tanaman nilam. Di Indonesia, banyak daerah yang sudah menjadi penghasil komoditi ini namun sebagian besar dihasilkan di daerah Sumatra khususnya daerah aceh.
Di sebagian besar wilayah, Biasanya nilam ditanam masyarakat dengan berpindah-pindah tempat. Hal ini berdampak pada kerusakan hutan, karena mereka mengalih fungsikan lahan hutan untuk perkebunan nilam. Dalam upaya pelestarian lingkungan hutan, maka usaha tani nilam dilakukan bersama program perhutanan bersama masyarakat (PHBM) dimana masyarakat menanam nilam sebagai tanaman sela diantara pohon utama, sehingga komoditi tanaman ini dapat tetap eksis tanpa mengurangi atau merusak kelestarian hutan.
Dalam upaya mendukung usaha tersebut dilakukan penelitian penanaman nilam
pada areal hutan rakyat di desa Cibojong, kecamatan Padarincang, kabupaten Serang, provinsi Banten. Kondisi geografis daerah tersebut sesuai untuk tanaman nilam, yaitu pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus melindungi tanaman hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas minyak nilam yang ditanam dalam kondisi naungan sebagai tanaman sela di bawah pohon utama. Sebagai pembanding, nilam ditanam pula pada areal terbuka. Penanaman nilam dimulai awal tahun 2005 dengan menggunakan varietas nilam Aceh yang dikenal mempunyai kadar minyak tinggi.
Pemanenan dilakukan pada umur 6 dan 12 bulan setelah tanam. Daun dan ranting nilam yang telah dikeringkan, kemudian dibawa ke Laboratorium Proses Balai Teknologi Lingkungan BPPT di PUSPIPTEK Serpong Tangerang. Penyulingan dilakukan dengan seperangkat alat suling skala laboratorium, kapasitas 2 kg bahan kering. Daun nilam kering dipisahkan dari ranting-ranting kering. Penyulingan dilakukan untuk daun dan ranting secara terpisah. Setelah melalui proses destilasi selama 1-2 jam diperoleh rendemen minyak nilam sebesar 1,8-2,0% untuk daun, sedangkan ranting hanya 0,7-1,0%. Selanjutnya minyak nilam yang diperoleh dibawa ke Laboratorium Analisis Kimia untuk dianalisis kandungan patchouli alkohol (PA). Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan PA daun tertinggi adalah 30% diperoleh dari sampel daun nilam umur panen 12 bulan yang ditanam sebagai tanaman sela. Sedangkan nilam yang ditanam pada areal terbuka menghasilkan PA 35% dari sampel daun nilam yang dipanen umur 6 bulan. Standar kualitas minyak nilam untuk diekspor adalah yang mengandung PA tidak kurang dari 30%.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas minyak nilam yangditanam pada kondisi naungan masih memenuhi standar untuk dipasarkan. Dengan demikian nilam mempunyai potensi sebagai tanaman sela, sehingga lahan dibawahtegakan tanaman hutan dapat difungsikan untuk tanaman nilam. Meski untuk pemanenannya membutuhkan waktu lebih lama pada nilam yang ditanam di bawah naungan.
0 komentar:
Posting Komentar