GOTONG ROYONG DI INDONESIA

Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Bersama-sama disini maksudya adalah dengan cara musyawarah, pancasila, hukum adat, dan kekeluargaan. Oleh karena itu, gotong royang dapat diartikan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan secara adil, yang dilakukan tanpa pamrih, secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Rasa suka rela tanpa pamrih untuk melakukan gotong royong tidak akan ada di dalam diri tiap manusia apabila didalamnya tidak terdapat semangat yang didorong oleh suatu pandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain karena manusia adalah makhluk Tuhan yang saling ketergantungan satu sama lain. Maka dari itu, setiap manusia harus menjaga hubungan baik dengan sesamanya dan perlunya beradaptasi dengan lingkungannya.

Sikap gotong royong yang dilakukan, didalamnya terkandung nilai moral yaitu adanya rasa ikhlas untuk berpartisipasi, kebersamaan dan saling membantu antar sesama karena lebih mengutamakan kepentingan bersama yang akan berdampak meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Sifat gotong royong pada dasarnya memiliki tujuan yang sama walaupun dipedesaan sifat gotong royong dan kekeluargaan lebih menonjol daripada di perkotaan. Bukan hanya itu saja, bentuk gotong royongnya juga berbeda. Di pedesaan misalnya, gotong royong membangun jembatan dan membersihkan jalan-jalan. Kalau di pekotaan bentuk gotong royongnya adalah kerja bakti di RT/RW.

Perwujudan partisipasi rakyat dalam masa reformasi merupakan perwujudan pengabdian dan kesetiaan masyarakat terhadap negara. Sikap gotong royong sudah menjadi tradisi dan kepribadian bangsa Indoesia yang harus benar-benar di jaga dan di pelihara. Akan tetapi, adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yag cukup besar. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi hal utama yang bisa merubah kepribadian bangsa ini, karena Indonesia memiliki Pancasila yang menjadi landasan hidup yang didalamya berisi nilai-nilai keagamaan yang dapat dijadikan pondasi untuk memfilter kebudayaan baru yang akan masuk karena adanya perubahan zaman.

Gotong royong bisa dikatakan juga menjadi ajang silaturahmi bagi para warga yang melakukan kegiatan tersebut. Adanya gotong royong membantu mengurangi adanya kesenjangan sosial atar warga itu sendiri.

Indonesia memiliki karakter bangsa yang sangat bagus, yang belum tentu dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Semua dilakukan utuk kesejahteraan individu dan bersama, dan apabila setiap individu mampu hidup sejahtera dan tenggang rasa dengan individu lainnya maka akan tercapailah kesehateraan bagi individu itu sendiri.

Dari wacana di atas, penulis dapat beranggapan kalau gotong royong harus tetap dimiliki, dilestarikan dan dipelihara oleh tiap warga Indonesia, gotong royong baik dipedesaan maupun dipekotaan sebaiknya lebih sering dilakukan untuk mempererat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Tetapi, ada kenyataannya sekarang, gotong royong sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini terjadi karena setiap warga negara sibuk dengan pekerjaan mereka masig-masing, tanpa mau lagi mempedulikan lingkungan sekitarnya dan kebersamaan bangsnya. Semua ini, tidak akan berlarut lama terjadi apabila setiap warga negara memiliki rasa kesadarannya masing-masing untuk mensejahterakan negaranya.

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha. (DK3N, 2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam pemahaman yang umum, K3 adalah segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sasaran utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan segala daya upaya berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar terhindar dari risiko buruk di dalam melakukan pekerjaan. Dengan memberikan perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman, sehat dan produktif. Secara filosofis, K3 merupakan upaya dan pemikiran guna menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani ataupun rohaniah manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budaya manusia. Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanki yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan di tingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan. K3 sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup dan kemajuan masyarakat sesuai dengan tujuan hidup setiap insan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup jasmaniah dan rohaniah. K3 yang berjalan baik dapat mendorong dan memacu peningkatan produksi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud. Prinsip Penerapan Langkah dalam pendekatan modern mengenai pengelolaan K3 dimulai dengan diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Hal ini mulai disadari karena dari data kecelakaan kerja yang terjadi juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Konsep Gunung Es menunjukkan risiko kerugian yang terjadi dari kecelakaan kerja adalah sebesar 1 : 5-50 : 1-3 dengan pengertian bahwa dari setiap kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan akan menimbulkan kerugian secara perbandingan bagi perusahaan sebesar Rp. 1,- untuk biaya langsung yang timbul dari kecelakaan kerja, Rp. 5,- hingga Rp. 50,- biaya kerusakan properti dan tidak dapat diasuransikan oleh perusahaan serta Rp.1,- hingga Rp.3,- untuk biaya-biaya lain yang tidak dapat diasuransikan. Dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh perusahaan, mulai diterapkan manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan ini sudah mulai menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi. Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko. Di tahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pengelolaan ini memiliki pola "Total Loss Control" yaitu sebuah kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi perusahaan-property, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan sistem manajemen K3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu Planning, Do, Check and Improvement (PDCI). Strategi Penerapan Setiap dunia usaha sewajarnya memiliki strategi yang dapat memperkecil bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai kondisi tempat kerjanya. Strategi yang perlu diterapkan meliputi : Manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya, dengan pertimbangan finansial, kesadaran karyawan tentang K3, tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka bisa ditentukan tingkat perlindungan K3 secara minimum atau maksimum. Manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang K3 bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan bahwa setiap aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi serta dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan. Manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang K3 karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah K3 setelah suatu kejadian timbul. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat penerapan K3 yang optimal sebagai faktor promosi perusahaan kekhalayak luas. Artinya perusahaan/organisasi sangat peduli dengan K3. Salah satu kebijakan K3 Nasional 2007-2010 adalah pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu menerapkan dan meningkatan budaya K3, diantara programnya berupa pelaksanaan K3 di sektor pemerintahan dengan target 50 % departemen melaksanakan K3 pada tahun 2010. Sebagai salah satu institusi yang membidangi pembinaan K3, siapkah kita melaksanakan program tersebut dan menjadi pelopor dalam penerapan K3 di tempat kerja ?!

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ( MSDS ) KALIUM PERMANGANAT ( KMnO4 )

Bagian 1: Chemical Identifikasi Produk dan Perusahaan

Nama Produk: Potassium permanganate

Sinonim: Potassium Permanganate, Bioteknologi Grade

Nama kimia: Potassium Permanganate

Formula kimia: KMnO4

Bagian 2: Identifikasi bahaya

Potensi Efek Kesehatan akut:

Berbahaya jika terjadi kontak kulit (yg mengganggu), dari kontak mata (yg mengganggu), dari proses menelan, dari inhalasi. Agak berbahaya dalam kasus kontak kulit (permeator). Korosif mungkin untuk mata dan kulit. Jumlah tergantung kerusakan jaringan panjang pada kontak. Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan atau corneal kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan radang dan blistering. Inhalasi debu akan menghasilkan iritasi ke perut usus atau saluran pernafasan, dicirikan oleh pembakaran, bersin dan batuk. Parah over-eksposur dapat menghasilkan merusak paru-paru, choking,

ketidaksadaran atau kematian. Eksposur berkepanjangan dapat menyebabkan luka bakar dan kulit ulcerations. Over-eksposur oleh inhalasi dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Potensi Efek Kesehatan kronis:

Yg menyebabkan kanker EFEK: Tidak tersedia.

MUTAGENIC EFEK: Mutagenic untuk bakteri dan / atau ragi.

Substansi mungkin beracun ke ginjal, hati, kulit, sistem saraf pusat (CNS).

Berulang atau lama terpapar zat yang dapat menghasilkan target kerusakan organ. Eksposur yang diulang mata yang rendah tingkat debu dapat menghasilkan iritasi mata. Diulang kulit eksposur lokal dapat menghasilkan kulit kehancuran, atau infeksi kulit. Diulang inhalasi debu dapat menghasilkan berbeda-beda pernafasan iritasi paru-paru atau kerusakan.

Bagian 3: Tindakan Pertolongan Pertama

Eye Contact:

Memeriksa dan menghapus setiap lensa kontak. Dalam kasus kontak, segera flush dengan banyak mata air di paling tidak 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Segera mendapatkan perhatian medis. Kulit Hubungi: Dalam kasus kontak, segera membilas kulit dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit saat menghapus kejangkitan

pakaian dan sepatu. Menutupi jengkel dengan yg melunakkan kulit. Air dingin mungkin pakaian sebelum used.Wash kembali. Sepatu sebelum benar-benar bersih kembali. Segera mendapatkan perhatian medis. Cucilah dengan sabun dan desinfektan menutupi kejangkitan kulit dengan anti-bacterial cream. Segera mencari

perhatian medis.

Inhalasi:

Jika inhaled, keluarkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, memberikan pernafasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Mendapatkan

perhatian medis.

Serius inhalasi:

Mengungsikan korban ke daerah yang aman secepatnya. Melucuntukan pakaian ketat seperti leher, dasi, ikat pinggang atau

ikat pinggang. Jika sulit bernapas, mengelola oksigen. Jika korban tidak bernafas, melakukan mulut ke mulut

hal menyadarkan. PERINGATAN: Ini mungkin berbahaya kepada orang yang memberikan bantuan untuk memberikan mulut ke mulut hal menyadarkan

bila inhaled bahan beracun, korosif atau menular. Mencari perhatian medis segera.

Proses menelan:

JANGAN menyebabkan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya dengan personil medis. Tidak pernah memberikan sesuatu kepada oleh mulut bawah sadar orang. Jika jumlah besar ini adalah bahan ditelan, segera memanggil dokter. Melucuntukan ketat

pakaian seperti leher, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang.

Proses menelan serius: Tidak tersedia.

Bagian 5: neraka dan Explosion Data

Flammability dari Produk: Non-mudah terbakar.

Auto-penyalaan Suhu: Tidak berlaku.

Poin flash: Tidak berlaku.

Batas mudah terbakar: Tidak berlaku.

Pembakaran produk: Tidak tersedia.

Keberadaan bahaya kebakaran di Berbagai Substances: bahan organik, logam, bahan-bahan mudah terbakar

Keberadaan bahaya ledakan di Berbagai Substances:

Risiko ledakan produk dalam keberadaan mekanis dampak: Tidak tersedia.

Risiko ledakan produk dalam kehadiran statis keluarnya: Tidak tersedia.

Peledak dalam keberadaan bahan organik, dari logam.

Fire Fighting Media dan Petunjuk: Tidak berlaku.

Catatan khusus tentang bahaya kebakaran:

Mudah terbakar spontan pada kontak dengan ethylene glycol.

Splash mata. Sintetis apron. Debu dan uap pernafasan. Pastikan untuk menggunakan disetujui / bersertifikat atau pernafasan

setara. Sarung tangan. Perlindungan pribadi dalam kasus yang besar Spill:

Splash mata. Penuh sesuai. Debu dan uap pernafasan. Boots. Sarung tangan. J diri yang bernapas aparatharus digunakan untuk menghindari inhalasi produk. Pakaian pelindung yang disarankan mungkin tidak akan mencukupi; berkonsultasi dengan

spesialis sebelum menangani produk ini.

Bagian 4: Fisik dan Kimia Properties

Fisik negara dan tampilan: Solid.

Bau: tanpa bau.

Rasa: agak manis, zat.

Molecular Weight: 158,03 g / mole

Warna: ungu. (Dark.)

pH (1% soln / air): Tidak tersedia.

Boiling Point: Tidak tersedia.

Melting Point: Decomposes.

Temperatur kritis: Tidak tersedia.

Berat Jenis: 2,7 @ 15 C (Air = 1)

Tekanan uap: Tidak berlaku.

Kepadatan uap: Tidak tersedia.

Volatility: Tidak tersedia.

Ambang bau: Tidak tersedia.

Air / minyak DIST. Coeff.: Tidak tersedia.

Ionicity (dalam air): Tidak tersedia.

Pertebaran Properties: Lihat kelarutan dalam air, Methanol, acetone.

Solubility:

Mudah larut dalam Methanol, acetone.

Sebagian larut dalam air dingin, air panas.

Larut dalam Sulfuric Acid

Pasal 10: Stabilitas dan Reactivity Data

Stabilitas: Produk stabil.

Ketidakstabilan Suhu: Tidak tersedia.

Kondisi ketidakstabilan: Bertentangan bahan

Ketidaksesuaian dengan berbagai bahan:

Sangat reaktif dengan bahan-bahan organik, logam, asam.

Reaktif dengan mengurangi agen, bahan mudah terbakar.

Bertentangan dengan mengurangi agen, asam, formaldehida, ammonium nitrat, dimethylformamide, gliserin, bahan mudah terbakar, alcohols, arsenites, bromides, iodides, arang, bahan organik, besi atau mercurous garam, hypophosphites, hyposulfites, sulfites, peroxides, oxalates, ethylene glycol, Mangan garam di udara mengoksidasi belerang dioksida yang beracun ke lebih beracun belerang trioxide.

Dapat bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, ammonia, ammonium garam, phosphorous, banyak dibagi halus organik compounds (bahan), cairan, asam, belerang. Keterangan khusus di Corrosivity: Tidak tersedia. Polymerization: Apakah tidak terjadi.

.

Efek kronis pada Manusia:

MUTAGENIC EFEK: Mutagenic untuk bakteri dan / atau ragi.

Dapat menyebabkan kerusakan pada organ berikut: ginjal, hati, kulit, sistem saraf pusat (CNS).

Efek lainnya Toxic pada Manusia:

Berbahaya jika terjadi kontak kulit (yg mengganggu), dari kontak mata (korosif), dari proses menelan, dari inhalasi. Sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit (permeator).

Keterangan khusus pada kebisaan untuk Binatang: Tidak tersedia. Keterangan khusus pada Efek kronis pada Manusia: Dapat menimbulkan efek Adverse reproduksi (kesuburan laki-laki dan perempuan) berdasarkan data hewan. dapat mempengaruhi bahan genetik (mutagenetic) berdasarkan data hewan. Keterangan khusus pada Efek.

TAK ADA YANG BISA - Andra and The Backbone

Saat ku pejamkan kedua mataku Dan kubayangkan Di sampingmu Kurasakan slalu Hangatnya pelukmu Itu Dan ku genggam lembut kedua tanganmu Seakan takut kehilanganmu Kuingin selalu hatimu untukku [Reff] Tak ada yang bisa menggantikan dirimu Tak ada yang bisa membuat diriku Jauh darimu... [Reff] Tak ada yang bisa menggantikan dirimu Tak ada yang bisa menggantikan cintamu Tak ada yang bisa menggantikan hatimu Tak ada yang bisa membuat diriku Jauh darimu...

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza) - Michael Heart

A blinding flash of white light

Lit up the sky over Gaza tonight

People running for cover

Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes

With ravaging fiery flames

And nothing remains

Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our schools

But our spirit will never die

We will not go down

In Gaza tonight

Women and children alike

Murdered and massacred night after night

While the so-called leaders of countries afar

Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain

And the bombs fell down like acid rain

But through the tears and the blood and the pain

You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our schools

But our spirit will never die

We will not go down

In Gaza tonight

KAPUR DALAM TANAH

Pegunungan kapur banyak terdapat di Pulau Jawa. Walaupun kurang subur, tetapi memiliki fungsi sangat strategis. Batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan bangunan dan juga pertanian. Sebagai bahan bangunan kapur digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan sebagai bahan campuran adonan semen.

Alam dan manusia telah menyebarluaskan kapur dari sumber batuan kapur ke seluruh bumi. Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman tanah. Dengan fungsi ini banyak petani menggunakan dolomit untuk disebar di lahan. Selain itu, manusia berkemungkinan membantu menyebarluaskan secara tidak sengaja ke permuakaan bumi lewat penggunaan batu kapur untuk berbagai keperluan.

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya

Kadar kapur tertinggi sampai terendah adalah tanah alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol. Bahan induk pada tanah alfisol ialah kapur dengan jeluk air sekitar 50 m. Adapun bahan induk pada tanah vertisol ialah kapur dan gamping. Kemudian pada tanah rendzina bahan induknya juga kapur, karena pengangkatan karst. Bahan induk tanah entisol dan ultisol berturut-turut ialah abu vulkan serta konglomerat dan breksi.

Kanbdungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pad jaringan muda.

Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan analisis kapur dengan menggunakan metode gravimetric yang dikenal dengan penetapan kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. CO2 yang menguap dalam penentuan kapur akan diukur menurut reaksi :

CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2

Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.

Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat bergantung pada besarnya air yang mampu melewati tanah atau terjadi evaporasi yang besar sehingga air tanah naik dari lapisan tanah dalam ke permukaan tanah. Peristiwa ini berpengaruh terhadap kadar lengas tanah. Besar kecilnya kadar lengas tanah ini bergantung pada daya infiltrasi air ke dalam tanah, kemampuan tanah mengikat air, permeabilitas tanah, dan evaporasi alihan tanah dengan tanaman. Hal tersebut akan mempengaruhi pola vegetasi yang tumbuh.

Tinggi rendahnya kadar kapur dalam tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Sebagai contoh pada tanaman vanili yang dalam pertumbuhannya memerlukan kalsium yang cukup banyak. Kalsium di sini berfungsi sebagai pengikat daya serap akar terhadap zat-zat hara sehingga dalam pemilihan tanah untuk budidaya vanili harus memperhatikan keadaan kalsium yang terkandung dalam tanah.

Tanah berkapur dengan sifat basa yang tinggi sangat berkebalikan dengan tanah yang kaya akan bahan organik. Bahan organik memiliki sifat asam yang sangat tinggi sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Kalau kedu hal ini dipadukan maka hasilnya akan saling melengkapi kekurngan kedua jenis tanah tersebut. Tanah akan menjadi kaya bahan mineral dan ber pH netral yang baik untuk pertanaman.

Tanah ultisol memiliki kadar kapur dan bahan organik cukup tinggi sehingga kecenderungan lebih subur daripada keempat tanah yang lain. Mg da Ca sangat diperlukan tanaman untuk menguatkan batang.

Kadar Kapur jenis tanah dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah Alfisol, Entisol, Vertisol, Rendzina dan Ultisol. Tanah Entisol tidak berbahan induk kapur seperti karsit, dolomit dan lain-lain sehingga kadar kapur dalam tanah tidak begitu tinggi. Biasanya tanah Entisol memiliki bahan induk abu vulkanik dan batuan sediment dan pasir.

Tanah Alfisol berbahan induk yang kaya akan kapur dan mengandung konkresi kapur dan besi. Dalam pembentukan tanah larutan-larutan besi terutama dari sumber-sumber bukan kapur dan sedikit berkapur atau dolomite menyusup ke dalam retakan-retakan dan lubang-lubang batu kapur dalam sehingga Fe bersentuhan dengan Ca yang mengendap.

Tanah Ultisol merupakan tanah yang memiliki kadar kapur terendah baik secara teoritis.Tanah ini meliputi tanah-tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah selanjutnya sehingga terjadi pencucian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioksida sebagai sisa berarana merah. Warna tanah terganstung susunan mineralogi bahan induk. Bahan induk ini barasal dari batuan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku.

. Tanah Vertisol berbahan induk kapur dan lempung sehingga kedap air. Selain itu terbatas pada tanah yang bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan alluvial dan abu vulkanik. Warna tanah dipengaruhi oleh kandungan humus dan kapur. Tanah yang kaya akan kapur kebanyakan hitam. Kadar kapur yang tinggi mempengaruhi kejenuhan basa dan KPK tanh tinggi karena banyak menyumbang kation-kation Ca dan Mg. Bentuk kapur adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3). Semakin besar nilai perhitungan yang didapatkan maka kandungan kapur dalam tanah juga semakin banyak. Factor-faktor yang menentukan kadar/banyaknya kapur dalam tanah antara lain adalah pH tanah, tekstur tanah, kadar bahan organic tanah, mutu kapur dan jenis tanaman yang hidup. Faktor pH tanah dapat menunjukkan kejenuhan basa dan pH tanah yang rendah, maka kapur juga rendah. Tekstur dan kandungan bahan organic menentukan kapasitas adsorpsi dan besarnya daya penyangga (buffering capacity) dari tanah.

Dari pengalaman penelitian bertahun-tahun baik di luar negeri atau pun di indonesia sendiri diketahui bahwa pemberian kapur ke dalam tanah masam tidak hanya memperbaiki sifat fisika tanah tetapi juga mempengaruhi sifat kimia tanah dan biologi tanah. Kimia tanah, pengaruh kapur yang menonjol trehadap kimia tanah adalah berupa naiknya kadar Ca dan pH tanah, sehingga reaksi tanah mengarah ke netral. Selain itu akan terjadi penurunan kandungan Al yang akan meracuni tanaman. Selain itu juga da pengaruh terhadap biologi tanah meskipun tidak secara langsung kan tetapi dengan naiknya pH tanah dan tersedianya beberapa hara yang diperlukan biologi tanah menyebabkan jasad hidup ini lebih mudah dalam memperoleh energi dan materi dalam jumlah banyak. Sejalan dengan hal itu, populasi dan aktivitas mereka pun meningkat dengan penambahan kapur. Akan tetapi yang paling meninjol dari adalah sifat kapur yang berperan dalam memperbqaiki sifat fisika tanah, dimana agregat akan lebih stabil dan peromabakan bahan organik akan berjaln lebih lancar.

Adapun reaksi penetralan pH tanah oleh kapur (contoh CaCO3) :

Akan tetapi disisi lain jika suatu tanah kandungan kapur terlalu tinggi tanaman yang tumbuh di tanah berkapur kadang-kadang kekurangan Besi, Mangan, Seng, Temabaga, dan Boron. Seharusnya untuk mengatasi hal ini Kalsium Karbonat / Kapur harus dihilangkan, tapi hal ini belum bisa dilakukan, akibatnya tanaman dipupuk dengan unsur-unsur yang ada yang defisiensi atau dilakukan pemilaihan jenis tanaman yang cocok dan dapat beradaptasi pada tanah-tanah alkalin. Hal itu satu-satunya cara praktis yang dapat dilakukan untuk mengatasi tanah dengan kelebiahn kapur.

Dengan mengetahui kandungan kapur dalam tanah maka dapat ditentukan kesuburan tanah yang sangat berpengaruh terhadap pengelolan lahan, sehingga dapat mengoptimalkan potensi lahan untuk budidaya pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Amien, I. , A. Sofyan, dan M. Sudjadi. 1985. Pengaruh pengapuran terhadap beberapa sifat kimia tanah ultisol Banten Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. 4 : 6-10.

Benito, 2001. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK). <http://benito.staff.ugm.ac.id/pertukaran%20kation.html.> . Diakses tanggal 25 Oktober 2007.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1974. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Company, New Delhi.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Soul, M.A. Diha, G.B. Hong, N.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasa Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Kompart, E.J. 1970. Exchange able Aluminium as Creation for Liming Leached Minerals Soils. Soilsci, Soc Amer Proc.

Pearson, R.W.F. Adams, dan R.C. Dinauver. 1967. Soil acidity and liming. Agronomy Monograph, Wicounsin.

Safuan, La Ode. 2005. Pengapuran Tanah. <> >. Diakses pada tanggal 3 November 2007.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran The Nature and Properties of Soils by Brady. 1983. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson, dan J.D. Beacon. 1985. Soils Fertility and Fertilizers. Mac Millan Publishing Company, New York.

GAMBAR JAMUR

Rhizopus sp.
Rhizopus sp.
Colekt sp.
Ceratocystis sp.
Aspergillus flavus
Aspergillus niger
Aspergillus flavus
Aspergillus sp.
Penicillium sp.

DESKRIPSI UJI SENSORIS

Uji sensoris merupakan disiplin ilmu yang mempelajari identifikasi, pengukuran, analisis dan interpretasi sifat sensoris atau atribut bahan pangan ayau bahan lain yang diterima sensasinya oleh indra penglihat, pencecap, pembau, peraba dan pendengar. Kuliah ini didukung oleh praktikum.

Ada tiga hal utama yang dibahas dalam mata kuliah ini, pertama adalah proses penginderaan yang menjelaskan mekanisme pencecapan (gestation), pembauan (olvaction), penglihatan (vision) dan perabaan – persepsi tekstur, dimulai dari adanya rangsangan/stimuli sampai timbulnya respon. Kedua menjelaskan bagaimana cara menilai sifat sensoris bahan pangan yaitu flavor meliputi cecap dan odor; ketampaan mencakup warna, bentuk, ukuran dan cacat; serta sifat tekstural yang mencakup sifat mekanis, geometris dan orientasi partikel. Ketiga adalah membahas analisis secara sensoris yaitu pemilihan dan penggunaan tipe tipe pengujian disesuaikan dengan tujuannya yaitu untuk penelitian, pengembangan produk, atau pengendalian mutu. Pada pembahasan ketiga ini dipelajari analisis statistik dan interpretasi hasilnya.

Setelah mengikuti kuliah dan praktikum, mahasiswa mampu merancang dan menyelenggarakan uji sensoris untuk keperluan pengembangan produk, penelitian dan pengendalian mutu.