"Maaf, ku tak seperti yang kau inginkan!!!"
Sepenggal syair yang patut menjadi perhatian kita. Ketika kondisi kita kini, terkadang tidak seperti apa yang kita impikan. Mimpi untuk hidup sejahtera, punya rumah, punya mobil, sungguh tidak ada yang salah dengan itu. Semua tentu punya impiannya masing-masing. Mimpi untuk menjadi lebih baik tentunya.
Tak lama jua, ketika Bangsa ini ganti tonggak pemerintahan, tidak ada rasa perubahan yang signifikan terjadi. Pasalnya tidak bisa kita pungkiri, masih banyak anak jalanan berkeliaran, pengemis meminta-minta, selayaknya kemiskinan dan kebodohan belum terlepas dari bangsa ini. Hal itulah yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita. Namun apa daya ketika otak kita telah terjejali pemahaman, "mengurus bangsa itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan!". Sungguh ironis, padahal tidak sedikit orang yang mau menjabat di pemerintahan. Walaupun hanya sekedar numpang nama dan terima gaji.
Selama ini kita terus dihantui tanggung jawab yang menyeluruh. Tanggung jawab untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan bangsa kita sendiri. Banyak teman-teman kita yang terus berjuang tanpa rasa lelah. Mereka tidak butuh gaji untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Sungguh aku merasa hati mereka ikhlas. Melawan tindak-tanduk meresahkan dari para pejabat jahat. Melawan mereka yang bergaji. Begitukah?
Apakah bukan hanya sekedar omong kosong belaka, mereka dapat ikhlas, dalam menyuarakan kritik dan saran ke pemerintah. Bagaimana dengan kehidupan mereka seharusnya. Kehidupan yang seperti mereka inginkan. Keinginan untuk hidup damai dan sejahtera. Seharusnya mereka sadar bahwa mereka hanya bicara tanpa bertindak. Bagaimana jika seorang advokat menerima gaji juga? Apakah mereka bisa tetap tegar dalam bersuara. Bagaimana bila advokat telah menjadi teknokrat?
Wahai kawanku, kata orang, "bila masih muda, menjadi seorang advokat itu baik. Bila sudah tua, menjadi seorang advokat itu BODOH."
BEGINIKAH BENTUK BANGSA KITA? BANGSA YANG SEKARANG DIISI OLEH ORANG-ORANG ADVOKAT TERDAHULU.
Berapa lama lagi kita hanya bisa bicara. Mari kita bertindak, bertindak akan sesuai norma agama, pancasila dan adat istiadat yang baik. Jangan pernah berbicara tanpa pernah melakukan apa yang kita bicarakan. Advokat bukan sekedar pekerjaan. Bukan juga sekedar profesi. Advokat harus dijiwai dengan tulus. Ayo kita menjadi advokat sejati. Advokat yang tidak pernah pupus sepanjang masa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar