Tampilkan postingan dengan label suara advokat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suara advokat. Tampilkan semua postingan

MENANGGAPI KASUS ANTASARI ASHAR

Akhir-akhir ini seluruh media massa, baik media elektronik maupun media cetak, santer memberitakan kasus pembunuhan Nasrudin, direktur utama salah satu BUMN, yang menduga bahwa ketua KPK nonaktif Antasari Ashar, sebagai otak pembunuhan berencana tersebut. Kontan saja, pemberitaan membuat opini sedemikian rupa sehingga sang pejabat Negara ini memang benar-benar dalang dibalik semua ini.

Namun apakah anda tidak berpikir lebih jauh bahwa Antasari dijadikan tersangka hanya gara-gara sebuah pesan singkat yang mengatasnamakan Antasari sebagai pengirim pesan kepada Nasrudin. Tidak hanya itu, bukti sms tersebut juga tidak bisa dipastikan dengan benar, karena pihak keluarga hanya melihat namun tidak memiliki bukti otentik yang jelas.

Saya berpendapat, jangan-jangan kasus ini hanya rekayasa oleh pihak-pihak tertentu yang tidak menyukai kinerja KPK selama ini, khususnya bagi para pejabat yang korup. Tahukah anda, bahwa sesungguhnya KPK kini sedang menangani kasus korupsi salah satu keluarga Nasrudin dalam pembangunan dermaga (saya lupa tepatnya dimana). Saya jadi menduga, jangan-jangan dalang dibalik semua ini yaitu dari pihak …

Nasrudin merupakan saksi penting bagi kasus korupsi yang sedang menimpa keluarganya.Tidak hanya itu, almarhum juga sebagai informan KPK. Pernahkah anda membayangkan bahwa seorang informan bagi suatu lembaga (yang tentu sangat berharga) di lenyapkan begitu saja padahal misinya BELUM SELESAI. Anda yang mampu menjawabnya.

PESAN SANG IBU

Tatkala aku menyarungkan pedang

Dan bersimpuh di atas pangkuannya

Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu

Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku

Bergetarlah seluruh jiwa ragaku

Musnahlah seluruh api semangat juangku

Namun… sang ibu berkata

Anakku sayang,

Apabila kakimu sudah melangkah di tengah padang

Tancapkanlah kakimu dalam-dalam

Dan tetaplah terus bergumam

Sebab, gumam adalah mantra dari dewa-dewa

Gumam mengandung ribuan makna

Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga

Maka gumam akan berubah, menjadi teriakan-teriakan,

yang nantinya akan berubah, menjadi gelombang salju yang besar,

yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh kepalsuan,

gedung-gedung yang dihuni kaum munafik

Tatanan negri ini sudah hancur anakku

Hancurkan oleh sang penguasa negri ini

Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca

Tapi… membiarkan punggungnya penuh noda

Dan penuh kendir hitam yang baunya kemana-mana

Mereka selalu menyemprot kemaluannya dengan parfum luar negri

Luar berbau wangi, di dalam penuh dengan bangkai

Dan hebatnya sang penguasa negri ini

Pandai bermain akrobat

Tubuhnya mampu dilipat-lipat

Yang akhirnya pantat dan kemaluannya sendiri mampu dijilat-jilat

Anakku…

Apabila pedang sudah kau cabut

Janganlah surut, janganlah bicara soal menang dan kalah

Sebab, menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi

Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan

Keinginan hanyalah sebuah khayalan

Yang hanya akan melahirkan harta dan kekuasaan

Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun yang terbang diudara

Anakku…

Asahlah pedang

Ajaklah mereka bertarung di tengah padang

Lalu tusukkan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka

Biarkan darah tertumpah di negri ini

Satukan gumammu, menjadi …

REVOLUSI

by: Advo sejati

DIBAWAH NAUNGAN SUMPAH

"Berbangsa satu ... bangsa INDONESIA ! Bertanah air satu ... tanah air INDONESIA ! Berbahasa satu ... bahasa INDONESIA !" Sebuah pernyataan sumpah oleh para pemuda pemberani, pejuang, pembela tanah air, yang telah merelakan nyawanya demi kebebasan negeri ini, pasti takkan pernah terlupakan oleh rakyat Indonesia secara historik. Namun sudahkah itu semua terwujud kawan? Dalam benak setiap insan pasti dapat mengerti, mengapa pemuda terdahulu begitu gencar melakukan perlawanan terhadap penjajah. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memerdekakan seluruh jiwa dan raga bangsa Indonesia. Cita-cita tersebut, kini seakan-akan ternodai dengan ulah para generasi penerusnya. Tengoklah ke samping wahai pemuda, sudahkan kini anak-anak Indonesia telah merasakan pendidikan murah berkualitas, sudahkah orang-orang tua di pedesaan mendapat layanan kesehatan yang memadai, sudahkah kakek dan nenek mantan tahanan Belanda dan Jepang itu sejahtera, sudahkah tetangga kita terlelap dengan perut yang kenyang? Belum lagi melihat ulah para wakil rakyat, para anggota dewan tersebut bukannya menjalankan amanah dengan baik malah kerjaannya "mencla-mencle" gak jelas banget gitu. Ketika masih dibawah mereka tak henti-hentinya menarik simpati rakyat jelantah,,eh maaf,,rakyat jelata dengan spanduk dan baliho nangkring disana-sini. Namun setelah di atas ibarat kacang lupa akan kulitnya. Oh rakyat malang benar nasibmu... Ah... rasanya hati ini sudah tidak tahan lagi dengan kondisi yang ada. Jika nasib bangsa ini tidak berubah menjadi lebih baik, Aku tidak tahu apa yang akan terjadi sepuluh tahun lagi. Bukankah dahulu sumpah pemuda telah menyatukan kita layaknya satu saudara seperjuangan sepenanggungan? Akankah sumpah pemuda hanya menjadi pelajaran sejarah anak-anak SD tanpa makna tanpa cita?

EKSISKAH PERPUSTAKAANKU???

Bukan hal yang tabu, ketika kita membicarakan hak pribadi yang begitu penting, namun telah terlupakan oleh orang lain. Salah satunya yaitu mendapatkan keprofesionalitasan dari para pustakawan kita. Bukan berarti perpustakaan kesayangan kita tidak terjaga dengan baik lantas kita terabaikan, melainkan bagaimana sikap profesionalisme ditunjukan oleh mereka kepada kita selaku konsumen pustaka.

Tentunya akan banyak sekali kegunaan dari perpustakaan dalam kehidupan kita selaku mahasiswa. Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini tidak sedikit mahasiswa yang membutuhkan serta menikmati fasilitas dari perpus. Buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan berbagai koleksi referensi digunkan untuk keperluan perkuliahan, praktikum, dan proses pembelajaran lainnya di kampus FTP. Namun bagi sebagian orang, sikap profesionalisme dari pustakawan dirasa kurang ditonjolkan dalam perpus. Ataukah system dari perpustakaan ini yang salah?

Mahasiswa dan dosen FTP-UGM seyogyanya secara otomatis menjadi anggota perpustakaan. Walau mahasiswa diwajibkan mempunyai kartu anggota untuk keperluan menggunakan fasilitas perpustakaan, kartu anggota seharusnya tidak dipungut biaya administrasi lagi karena dapat diperoleh dengan menyerahkan foto kopi kartu mahasiswa atau bukti pembayaran SPP pada semester yang berlaku dan dua lembar pasfoto (3 x 4 cm). Selain itu pelayanan yang diberikan setiap hari kerja, Senin - Kamis mulai pukul 7:00 - 16:00 dan hari Jumat : 07:00 - 15:00, belum diupayakan secara maksimal. Buktinya perpustakaan dibuka setelah 30 menit dan ditutup sebelum 30 menit dari waktu seharusnya. Padahal bagi sebagian mahasiswa yang sedang praktikum, tentunya hal ini sangat tidak menyenangkan. Karena seharusnya merekapun bisa menikmati fasilitas perpus pada waktu sore hari setelah praktikum. Bahkan khusus untuk hari Sabtu, perpustakaan yang seharusnya dibuka mulai pukul 07:00 - 14:00, malahan tidak buka. Perpustakaan menggunakan sistem pinjam terbuka/open acces untuk melayani kebutuhan mahasiswa dan peminjam lainnya. Sistem ini memberikan keleluasaan kepada pemakai untuk mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri. Namun yang terjadi, ada beberapa buku (seperti buku, Introduction to Food Engineering karya R. Paul Singh) bahkan untuk difotokopi keluar saja tidak diperbolehkan, apalagi dipinjamkan. Dalam pelayanan ineternetisasi perpus, cukup dikenakan biaya 1000 rupiah per jam. Padahal untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di perpustakaan sebaiknya disediakan pelayanan internet gratis. Tidak hanya itu, perpus FTP juga tidak menerima fotokopi padahal jelas-jelas sudah disediakan mesinnya.

Sungguh ironis ketika perpus kesayangan kita ini bercita-cita menyongsong kepada digital library / perpustakaan maya. Padahal, hal yang demikian tidak bisa hanya merealisasikan penyerahan skripsi dan tesis dalam bentuk CD. Namun lebih kepada sikap dan sifat professional yang diberikan oleh semua pustakawan (mahasiswa, dosen dan pengampu perpus). Sehingga Perpustakaan FTP UGM bisa eksis dan lebih baik dari sekarang.

{septa}

ANTARA ADVOKAT DAN KOMITMEN

"Maaf, ku tak seperti yang kau inginkan!!!" Sepenggal syair yang patut menjadi perhatian kita. Ketika kondisi kita kini, terkadang tidak seperti apa yang kita impikan. Mimpi untuk hidup sejahtera, punya rumah, punya mobil, sungguh tidak ada yang salah dengan itu. Semua tentu punya impiannya masing-masing. Mimpi untuk menjadi lebih baik tentunya. Tak lama jua, ketika Bangsa ini ganti tonggak pemerintahan, tidak ada rasa perubahan yang signifikan terjadi. Pasalnya tidak bisa kita pungkiri, masih banyak anak jalanan berkeliaran, pengemis meminta-minta, selayaknya kemiskinan dan kebodohan belum terlepas dari bangsa ini. Hal itulah yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita. Namun apa daya ketika otak kita telah terjejali pemahaman, "mengurus bangsa itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan!". Sungguh ironis, padahal tidak sedikit orang yang mau menjabat di pemerintahan. Walaupun hanya sekedar numpang nama dan terima gaji. Selama ini kita terus dihantui tanggung jawab yang menyeluruh. Tanggung jawab untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan bangsa kita sendiri. Banyak teman-teman kita yang terus berjuang tanpa rasa lelah. Mereka tidak butuh gaji untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Sungguh aku merasa hati mereka ikhlas. Melawan tindak-tanduk meresahkan dari para pejabat jahat. Melawan mereka yang bergaji. Begitukah? Apakah bukan hanya sekedar omong kosong belaka, mereka dapat ikhlas, dalam menyuarakan kritik dan saran ke pemerintah. Bagaimana dengan kehidupan mereka seharusnya. Kehidupan yang seperti mereka inginkan. Keinginan untuk hidup damai dan sejahtera. Seharusnya mereka sadar bahwa mereka hanya bicara tanpa bertindak. Bagaimana jika seorang advokat menerima gaji juga? Apakah mereka bisa tetap tegar dalam bersuara. Bagaimana bila advokat telah menjadi teknokrat? Wahai kawanku, kata orang, "bila masih muda, menjadi seorang advokat itu baik. Bila sudah tua, menjadi seorang advokat itu BODOH." BEGINIKAH BENTUK BANGSA KITA? BANGSA YANG SEKARANG DIISI OLEH ORANG-ORANG ADVOKAT TERDAHULU. Berapa lama lagi kita hanya bisa bicara. Mari kita bertindak, bertindak akan sesuai norma agama, pancasila dan adat istiadat yang baik. Jangan pernah berbicara tanpa pernah melakukan apa yang kita bicarakan. Advokat bukan sekedar pekerjaan. Bukan juga sekedar profesi. Advokat harus dijiwai dengan tulus. Ayo kita menjadi advokat sejati. Advokat yang tidak pernah pupus sepanjang masa.