PERAN PEMUDA DALAM RALITAS POLITIK INDONESIA

Menjalankan roda pemerintahan mungkin sebagian orang akan menganggap hal tersebut adalah hal yang sulit, hal yang butuh disikapi secara matang oleh seseorang atau sebagian kelompok, sehingga konsep pemegang fungsi-fungsi strategis kebijakan hanya boleh dipegang oleh orang yang sudah tua. Tidak hanya itu, mindset atau pola pikir bahwa pemuda masa untuk seseorang mencari jati diri, masih menjadi faktor utama dalam membatasi ruang gerak pemuda dalam kancah dunia politik. Padahal nasib bangsa ini akan sangat ditentukan oleh kualitas, kompeten dan moralitas pemuda.

Jika kita amati, hal tersebut berdampak pada kondisi dimana pemuda jarang sekali ikut andil dalam membuat kebijakan khususnya di negara Indonesia. Hal tersebut terkait dengan persoalan secara struktural (pemuda dimarjinalkan), persoalan lainnya adalah mengenai kultural yakni cara pikir pemuda yang masih bergantung kepada yang tua (patronase). Patronase sendiri tentunya akan menimbulkan sifat manja pada diri pemuda. Untuk menuju kedewasaan yang hakikilah tentunya para pemuda harus meninggalkan sifat tersebut.

Banyak hal yang bisa dilakukan ketika kita muda. Karena pada umumnya masa muda adalah masa dimana kondisi fisik kuat dan prima. Hal demikianlah yang menjadikan pertimbangan pemuda dapat beraktifitas lebih daripada yang tua. Maka berdasarkan aktifitasnya, dapat dikelompokkan menjadi hal representasi dan aktualisasi.

Menjadi penerus bangsa merupakan tanggung jawab yang besar. Tentunya kita akan menemui banyak kendala. Ketika pemuda memang belum bisa masuk ke dalam lingkaran inti, maka bangunlah kepercayaan itu. Terkadang masalah teknis jarang bisa dikuasai oleh pemuda. Sifat kritis yang tidak diimbangi kemampuan yang bersifat teknis akan menjadikan sikap yang sia-sia belaka. Sehingga kompetensi teknis dan moralitas perlu dibangun pada diri pemuda.

Masalah kesenioritasan pun dapat ditemukan kental pada organisasi yang didirikan pemuda. Sudut pandang bahwa umur menjadi patokan kedewasaan seseorang masih saja tertanam pada diri pemuda sendiri. Padahal sikap dan sifat dewasa terkadang dapat timbul bukan dari umur melainkan dari kondisi lingkungan. Seharusnya pada organisasi kepemudaan dibentuk regresi kepemimpinan. Adalah solusi yang paling tepat untuk masalah kesenioritasan di organisasi pemuda.

Secara umum solusi yang dapat diberikan untuk masalah ini adalah:

  • Kompetensi teknis dan moralitas perlu dibangun

  • Meruntuhkan budaya patronase

  • Regresi kepemimpinan dalam organisasi pemuda

Sehingga harapannya pemuda akan memiliki kemampuan manajerial yang baik, dapat mengelola konflik dan dapat bekerja sama dengan orang lain, khususnya dengan para orang tua. Tentu saja karena fungsi orang tua pun tidak dapat kita singkirkan begitu saja. Karena pada umumnya orang tua jauh mempunyai banyak pengalaman dari pada pemuda.

BEBAN atau HARAPAN

Indonesia, sebuah bangsa yang bukan tidak punya suatu realitas sejarah yang rumit. Bangsa yang selalu mencari kebenaran yang hakiki akan pengembalian maknanya. Sehingga bukan hal yang mustahil terjadi mengingat begitu banyak peranan yang telah diambil penguasa untuk menaruh kepentingannya dalam sejarah. Demikianlah kenapa kita tidak pernah tahu alasannya menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam ritual upacara bendera setiap hari Senin.

Ada hal yang menarik ketika kita menggali sejarah bangsa ini, bahwa apakah hal yang telah kita lewati tersebut adalah kenyataan atau sebuah gambaran belaka. Yang sengaja diciptakan para penguasa yang katanya sebagian dari mereka adalah preman pasar. Padahal kini kondisinya kian memburuk. Apakah yang salah? Apakah dari sistem negara atau mental “gak becus” manusia Indonesia yang telah diciptakan sejarah nasional. Patut disayangkan melihat masalah bangsa yang seharusnya secara tepat dan cepat diselesaikan malah ditinggalkan begitu saja. Bukankah kita adalah pemuda sebagai generasi penerus?

Suatu hal yang bisa tatkala pergeseran budaya terjadi. Begitu pula pergeseran rasa perjuangan yang telah bergeser drastis dari pemuda zaman dahulu (pra kemerdekaan) dengan pemuda sekarang (pasca kemerdekaan). Tidak ada yang salah memang jika hal tersebut tidak membuat bangsa terpuruk. Kenyataan yang harus dipahami bahwa hal demikian malah membuat bangsa ini kehilangan jati dirinya. Seperti halnya membiarkaan kebudayaan bangsa Indonesia terkikis perlahan oleh kebudayaan barat. Sekali lagi, faktor sistemkah atau politic mass kah yang menyebabkan demikian?

Kini faktor-faktor “X” tersebut bukan hal yang seharusnya diributkan. Sejatinya sebagai pemuda dapat belajar dari yang tua. Bukan berarti lantas meneladani segala tindak-tanduk seringainya, melainkan dapat memahami segala bentuk kondisi yang terjadi pada bangsa. Bangsa tidak selalu membutuhkan suatu tuntutan atau kritisan kosong pemuda, namun lebih kepada suatu kontribusi nyata oleh pemuda.

Sejarah bangsa seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua. Bukan berarti kita harus pada posisi netral, tidak berkepentingan, lantas tidak peduli dengan apa yang terjadi. Mata hati kitalah yang seharusnya terbuka. Indonesia tengah menghadapi globalisasi. Disaat kebudayaan baratnisasi menderma Indonesia, bukan hal yang baik kita malah menutup mata. Pemuda Indonesia harus bangkit dari keterpurukan dan kehinaan. Dengan mengubah mindset daya pikir sekarang juga, setidaknya bangsa ini sudah selangkah lebih maju. Tinggal 99 langkah lagi yang harus kita lalui.

ANGGOTA DPR TAK BERGAJI: SOLUSI ATAU MIMPI

"Anggota DPR bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan lembaga legislatif, mempergunakan kekuasaan dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan negara.” Inilah sepenggal isi kode etik anggota dewan, untaian kata-kata yang terdengar indah di telinga, namun sayang tampaknya tak bermakna di hati para pejabatnya.

Bagaimana tidak, secara estafet citra DPR diperburuk oleh tindak-tanduk anggotanya sendiri yang kian banyak tersangkut kasus pidana. Belum selesai persidangan kasus suap yang menimpa anggota DPR terkait pengalihan fungsi hutan lindung Bintan, kini praktik suap kembali terjadi, kali ini pada proyek pengadaan kapal patroli Departemen Perhubungan dan yang terbaru kasus Tanjung Api-Api, kembali melibatkan anggota dewan lainnya.

Masyarakat kecil yang kian menderita tentu tak habis pikir, anggota dewan yang notabene sudah bergelimang harta, duduk di mobil mewah dengan seabreg fasilitas canggih masih tega menyalahgunakan jabatan untuk memperkaya diri dan kesenangan pribadi semata. Sumpah anggota DPR ketika dilantik yang menyatakan akan memperjuangkan aspirasi rakyat mungkin lebih cocok dikatakan bahwa memperjuangkan kepentingan pribadi atau golongan adalah hal yang utama baginya.

Selain itu, gaji tinggi, tunjangan besar dan berbagai fasilitas yang diberikan kepada anggota dewan seolah tak berdaya membendung kasus suap-menyuap dan korupsi anggota DPR.

Ironisnya, sempat terlontar alasan gaji masih rendah, lagi-lagi menjadi alasan pembenaran munculnya kasus suap-menyuap dan korupsi para pejabat yang mulia ini. Padahal tak kurang dari 37-an juta perbulan dipastikan masuk ke kantong setiap anggota DPR yang telah mendapat kenaikan pendapatan sejak 2006 lalu.

Agaknya, kalimat pembuka laporan tahunan KPK 2007 yang mengatakan bahwa korupsi terjadi tidak hanya karena pejabat bermental bobrok tetapi juga karena sistem yang jelek tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini. Dari kalimat tersebut dikemukakan dua alasan munculnya tindak pidana korupsi yaitu mental yang bobrok dan sistem yang jelek.

Seberapa besarpun pendapatan anggota dewan, jumlah tersebut akan terus dirasa kurang selama anggota dewan hanya menganggap kekuasaan dan jabatannya sebagai sarana mendulang kekayaan semata. Mental yang bobrok telah membuat anggota DPR lupa atau ‘sengaja melupa’ akan sumpah dan tanggungjawab yang diembannya. Sistem perekrutan anggota DPR yang ada harus diubah karena tidak mampu lagi menghadirkan tokoh yang bermental baik, menegakkan kebenaran dan keadilan serta mengemban amanat penderitaan rakyat. Selain itu, segala sistem yang membuka celah terjadinya suap-menyuap dan korupsi harus diperbaiki secepatnya.

Jabatan sebagai anggota dewan merupakan jabatan yang sangat menggiurkan karena selain pendapatan yang tinggi, anggota dewan juga disuguhi beragam fasilitas. Saya pikir, salah satu persyaratan pada saat perekrutan untuk mendapatkan sosok anggota dewan yang dapat dipercaya, amanah, dan sungguh-sungguh mengabdi untuk rakyat adalah anggota dewan bersedia untuk tidak digaji selama menjabat.

Paling tidak, dengan persyaratan ini, tokoh yang mendaftar anggota dewan adalah sosok yang sama sekali tidak tergiur penyalahgunaan kekuasaan dan bukan pengumpul kekayaan. Dia bekerja dengan penuh keihklasan tanpa pamrih sedikitpun. Semua yang dilakukannya semata–mata sebagai wujud pengabdiannya untuk kemajuan bangsa negara dan sepenuhnya dipersembahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tugas mulia harus diemban orang yang mulia juga.

Jangan harap DPR akan mendapat apresiasi dari masyarakat selama para pejabatnya belum bersih dari tindak pidana suap-menyuap dan korupsi. Masyarakat sudah jenuh dengan permainan politik para pemimpin negeri ini. Kepetingan rakyat lebih sering kalah dari kepentingan pribadi dan golongan. Kesejahteraan rakyat seolah hanya menjadi komoditas politik yang digunakan untuk menjatuhkan golongan tertentu atau menjadi isu pencitraan golongan tertentu pula.

RASIMIN

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

NASIONALISASI EKONOMI, WUJUD NASIONALISME BANGSA

Sudah 62 tahun bangsa Indonesia merdeka. Selama itu pula bangsa Indonesia menderita. Pasalnya banyak orang yang merasa bahwa Indonesia tidak sepenuhnya mendapatkan kemerdekaan secara hakiki. Ada bentuk yang lain dari penjajahan yang dilakukan oleh asing. Bentuk yang bahkan implikasinya lebih dahsyat ketimbang bom atom sekalipun, yakni penjajahan dari segi ekonomi. Dalam sejarahnya, orang pribumi Indonesia memang tidak pernah menyerah dengan segala bentuk penjajahan. Selama itu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, selama itu pula mereka bergerak melawan. Hal tersebut terbukti dari banyaknya persatuan dagang yang didirikan oleh nenek moyang kita. Tujuannya tidak lebih dari melindungi aset-aset yang dimiliki bangsa untuk nantinya diwariskan kepada cucu mereka. Kini persoalannya tidak hanya sebatas kongsi-kongsi dagang tersebut. kita telah dijajah sekali lagi dan seharusnya kita sadar akan hal itu. Penjajahan bukan dalam bentuk perlawanan secara fisik melainkan penjajahan yang menyentuh sendi-sendi perekonomian kita. Krisis moneter pada tahun 1997 adalah salah satu akibat besar yang terjadi pada bangsa ini. Ihwal dari peminjaman utang luar negri berimplikasi kelaparan tiada henti. Proses pengglobalisasian individu juga semakin merambah pada setiap mental anak bangsa. Bagaimana bisa kita menginggalkan seseorang yang lemah ada di belakang kita tanpa kita membantunya untuk dapat ada di depan. Apakah semboyan Tut Wuri Handayani kini tidaklah berarti? Apakah pemerintah berjanji tak ditepati? Atau malah pemudanya menutup diri? Hal teknis seperti itulah yang terkadang tidak pernah kita perhatikan. Bukan berarti kita membela untuk malas lantas bangsa dibiarkan menjadi bodoh, tetapi itu semua termasuk hal yang prinsip dimiliki bangsa berbudaya Timur. Berdalih bahwa aset-aset nasional akan dikembalikan pemerintah pun melakukan langkah privatisasi perusahaan swasta asing. Dalam hal ini, kepemilikan perusahaan akan berganti status menjadi milik “bangsa Indonesia”. Namun, bangsa Indonesia yang mana? Mengingat para pejabat konglomerat pun berstatus bangsa Indonesia. Lalu dimanakah nilai-nilai esensial untuk membela yang lemah? Apakah kini kita masih melihat bahwa hal demikian sama jika dilihat secara kontekstual? walaupun seyogyanya semua aset strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikelola oleh negara untuk rakyat Indonesia. Konsep nasionalisme merupakan hal abstrak ketika rasa patriotis tersebut memang sudah hilang dari hati seseorang. Sudah barang tentu sudut pandang ekonomi bukan segalanya, namun setidaknya hal demikian dirasa mampu mewakili kenyataan yang ada. Terkadang saudara kita dibelahan bumi Indonesia yang lain tidak membutuhkan hal yang terlalu rumit selain kesejahteraan. Dan kita semua sepakat bahwa sejahtera erat kaitannya dengan kondisi perekonomian yang stabil (contoh; masyarakat Papua).

"RAMADHAN DI BULAN SEPTEMBER"

Bila dikabarkan tentang Ramadhan datang lagi?pasti seluruh muslim akan merasa gembira dan berusaha menyambutnya dengan penuh kerinduan yang mendalam. Memang, bulan Ramadhan merupakan bulan yang special dan istimewa serta dinantikan oleh seluruh muslim di dunia. Ramadhan kali ini jatuh pada tahun 1429H atau pada kalender masehi tahun ini jatuh pada bulan September 2008.

Ketika ditanya mengenai kenapa sebegitu specialnya bulan Ramadhan ini, jawabanya terkait dengan keutamaan-keutamaan yang ada dalam bulan ini yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan yang lain. Salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah diwajibkannya berpuasa satu bulan penuh sesuai dengan firman Allah Ta’ala "Hai sekalian orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang yang sebelum engkau semua itu," sampai kepada firmanNya: "Bulan ramadhan yang di dalamnya itu diturunkan al-Quran, sebagai :petunjuk untuk semua manusia dan merupakan keterangan keterangan dari petunjuk dan yang memperbedakan antara kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa di antara engkau semua ada yang menyaksikan bulan Ramadhan,hendaklah berpuasa dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan, maka berpuasalah menurut hitungan yang tidak dipuasainya itu pada hari-hari yang lain," sampai akhirnya ayat. (al-Baqarah: 183). Yang pasti, pada bulan ini, diwajibkan untuk berpuasa bagi seluruh muslim. Puasa itu sendiri merupakan ibadah yang istemewa pula. Dalam beberapa hadis disebutkan beberapa hal mengenai puasa ini antara lain Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ber-sabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadis qudsi: "Semua amal perbuatan anak Adam - yakni manusia - itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan saya akan memberikan balasan dengannya. Puasa adalah sebagai perisai - dari kemaksiatan serta dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang di antara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seseorang atau dilawan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa." Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman ke-kuasaanNya, niscayalah bau bacin dari mulut seseorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan dan ia dapat merasakan kesenangannya, yaitu apabila ia berbuka, iapun bergembiralah dan apabila telah bertemu dengan Tuhannya, iapun gembira dengan adanya amalan puasanya." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaz riwayat Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Bukhari yang lain disebutkan: Allah berfirman dalam Hadis qudsi: "Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu - Allah. Puasa adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya." Dari Sahl bin Sa'ad r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada sebuah pintu yang disebut pintu Rayyan - artinya: Puas dan kenyang minum. Dari pintu ini masuklah semua orang yang berpuasa besok pada hari kiamat. Tidak ada seorang yang selain orang-orang yang berpuasa itu yang dapat masuk dari pintu itu. Dikatakanlah: "Manakah orang-orang yang berpuasa." Mereka itu lalu berdiri, lalu tidak seorangpun yang dapat masuk dari pintu Rayyan tadi selain orang-orang yang berpuasa. Jikalau mereka telah masuk seluruhnya, lalu pintu itupun ditutuplah, jadi tidak seorangpun lagi yang dapat memasukinya." (Muttafaq 'alaih) Nah tidak diragukan lagi bukan tentang istemewanya puasa ini.

Selain adanya kewajiban berpuasa tadi, adapula keistimewaan lain bulan Ramadhan ini. Kitab suci Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam diturunkan pada bulan Ramadhan ini yang menjadikan bulan ini semakin istimewa. Kita sebagai umat Islam sudah mempunyai arah dan pedoman hidup yang jelas untuk mengarungi bahtera kehidupan sebelum kematian menjemput. Siapa saja yang mengamalkan Al Qur’an, maka dia akan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

Tahukah kalian bahwa pada bulan Ramadhan ini, kita dianjurkan melakukan amalan-amalan yang lebih banyak dibandingkan bulan yang lain?. Dalam sebuah hadis: Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila bulan Ramadhan telah datang, maka dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan diikatlah semua syaitan." (Muttafaq 'alaih). Hadis tersebut menggambarkan bahwa segala amalan yang dilakukan oleh kita sangat mudah diterima oleh Allah, dengan dibukanya pintu-pintu syurga. Selain itu, bulan Ramadhan mempunyai suasana yang sangat kondusif untuk melaksanakan ibadah dengan maksimal. Allah sungguh menyayangi kita dengan mengikat syaitan yang biasanya menggoda kita dalam beribadah kepada Allah sehingga dengan begitu kita bisa lebih mudah dalam mengamalkan ibadah. Pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya oleh Allah pada bulan Ramadhan ini, bukan pada saat hari syawal. Oleh karena itu, jangan disia-siakan dalam meningkatkan ibadah di bulan Ramadhan ini.

Namun, sangatlah disayangkan apabila bulan Ramadhan berakhir tindakan, sikap, prilaku, serta amalan kita kembali lagi seperti yang dulu (jarang beribadah, malas, dan sifat buruk yang lain). Bukankah bulan Ramadhan itu merupakan jembatan kita untuk memperbaiki diri?ataukah hanya formalitas saja, kala sudah berakhir maka dianggap angin lalu?. Bukan seperti itu, bulan Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan dimana kita memohon ampun kepada Allah untuk berubah menjadi lebih baik, muslim sejati bukan hanya pada saat Ramadhan tiba. Persiapkanlah diri ini untuk menyambut Ramadhan...bekal apa saja yang udah kita persiapkan..

Lutfi Susanto

Ketua KMMTP FTP UGM

ANALISIS SOSIAL

Istilah analisis sosial atau analisis kemasyarakatan tidak selalu dipakai dalam arti yang sama. Dalam arti sempit dimaksudkan usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif, terlepas dari soal siapa akan membuat apa dengan analisis itu kemudian. Jadi, analisis sosial bukanlah alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah-masalah sosial.

Dalam arti luas, analisis sosial dalam arti sempit tadi dipakai dalam hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah yang dianalisis. Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah dengan kepekaan etis, artinya memperhatikan dan memikirkan tindakan yang mau dilaksanakan. Dalam arti ini, analisis sosial mengandaikan dan mengandalkan nilai-nilai etis tertentu. Analisis dipergunakan sebagai alat saja untuk memperjuangkan tujuan tertentu. Maka, kedua pengertian ini tidak bertentangan, sebab analisis dalam arti pertama selalu harus mendasari analisis dalam arti luas.

Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisis satuan-satuan sosial (misalnya desa, Ormas), masalah-masalah sosial (misalnya pengangguran, narkoba, masalah kepelajaran/pendidikan) lembaga-lembaga sosial (misal sekolah, proyek pembangunan). Dls. Langkah-langkah konkret berikut ini pertama-tama dimaksudkan untuk ditempuh bersama-sama dalam bentuk kelompok kerja oleh orang yang berkepentingan atau berminat, Biasanya didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman dan/ atau yang bisa membantu sebagai nara sumber.

Langkah 1-6 merupakan usaha mengadakan, mengatur dan mempersiapkan bahan analisis. Dalam langkah 7-10 bahan itu dianalisis secara mendalam. Langkah 11 merupakan refleksi etis (teologis). Langkah 12 adalah awal pemanfaatan usaha analisis demi praksis dan politik yang kreatif. Kalau ada waktu secukupnya, maka semua langkah bisa dijalankan satu demi satu. Kalau waktu tidak cukup luas, maka sekurang-kurangnya beberapa langkah penting sebaiknya dijalankan dengan memakai bahan bantuan dari pendamping analisis.

Langkah langkah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Memilih dan menentukan sasaran analisis.

  2. Mengungkapkan dan mempertanggungjawabkan pendirian pribadi.

  3. Mengumpulkan fakta dan data dalam segala bentuk yang masih bersifat agak kebetulan dan kurang teratur (brainstorming).

  4. Mengelompokkan fakta dan data tersebut secara pragmatis ke dalam tiga kolom bidang kehidupan masyarakat, yaitu: politik, ekonomi dan sosio-budaya.

  5. Merangkum secara sistematis per kolom ke dalam kira-kira 10 rumusan pokok yang mengungkapkan suatu masalah, hubungan sebab akibat, dst.

  6. Memberikan bobot terhadap rumusan-rumusan pokok.

  7. Mengemukakan pertanyaan terus-menerus.

  8. Mencari kesamaan dan perbedaan antara hubungan-hubungan dalam itu (cross analysis) dengan membandingkan hasil analisis vertikal dalam masing-masing kolom.

  9. Meninjau dimensi historis dari semua hasil analisis di atas.

  10. Menyusun sekedar rangkuman hasil analisis.

  11. Meninjau kembali dan menyoroti secara kritis premis-premis nilai yang telah diutarakan.

  12. Menarik beberapa kesimpulan.

Rujukan:

J.B. Banawiratma, SJ dan J. Muller,SJ. 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu: Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman. Jakarta: Kanisius.