Globalisasi politik dimulai dengan terbentuknya PBB. Sedangkan globalisasi ekonomi mulai sejak perdagangan bebas dalam kurun waktu antara tahun 70-an. Dari ketiga globalisasi tersebut, lanjutnya, sektor budaya yang paling sulit dilakukan. Kesulitan terlaksananya globalisasi budaya, katanya, lantaran begitu banyaknya keanekaragaman di dunia. Namun, dia menegaskan, pemahaman terhadap proses ini bisa menstabilkan situasi budaya dunia yang mengalami ketidakstabilan dengan berlangsungnya globalisasi politik dan ekonomi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya generasi ketiga ini adalah kecepatan info dan intensitas komunikasi yang lebih tinggi. “Walaupun ada ambiguitas yang melekat pada globalisasi budaya, yaitu sangat terbukanya dunia dan di sisi lain ada daya untuk mempertahankan diri,” katanya. Ia tidak sependapat dengan tesis Samuel Hutington yang menyatakan bahwa masa depan dunia akan diwarnai dengan peran peradaban. Padahal, lanjut Wolton, dengan kecepatan informasi dan komunikasi, globalisasi politik dan ekonomi hanya membuat dekatnya jarak territorial. Sedangkan globalisasi budaya, memperlihatkan hal yang lebih yaitu, mengetahui perbedaan satu sama lain.
Kajian CNRS menyebutkan, dengan masuknya informasi budaya dunia akan mengakibatkan penguatan budaya lokal disamping pertemuan budaya yang kian sering terjadi. “Masing-masing negara ingin berpartisipasi dan mengambil keuntungan, namun tumbuh juga keinginan untuk mempertahankan identitas,”. Bagi
0 komentar:
Posting Komentar