ALZHEIMER, PENYAKIT BERBAHAYA

Alzheimer, schizophrenia, anoreksia, bahkan bulimia. Hii.. mungkin kita agak sedikit ngeri mendengar kata-kata tersebut, atau mungkin sama sekali belum pernah mendengarnya. Penyakit-penyakit tersebut umumnya menyerang bagian syaraf otak. Bagaimana awal mula terjadinya penyakit ini?

Alzheimer

Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Alois Alzheimer pada 1907. Dalam hasil bedah pengamatan, Alzheimer mendapati Syaraf otak tersebut bukan saja mengecut, bahkan dipenuhi dengan gumpalan protein yang luar biasa yang disebut plak amiloid dan serat yang berbelit-belit (neuro fibrillary). Amiloid protein yang membentuk sel-sel plak protein, dipercaya menyebabkan perubahan kimia otak. Musnahnya sel-sel saraf ini menyebabkan syaraf otak yang berfungsi menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron lain terpengaruh. Banyak orang tidak mengetahui tentang penyakit ini sampai dipublikasikan secara terbuka oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan dalam suratnya tertanggal 5 November 1994. Penyakit Alzheimer sukar dideteksi sebab banyak yang beranggapan orang tua yang semula lupa, adalah sesuatu yang lazim karena faktor usia.

Tingkatan Alzheimer

Lupa meletakkan kunci mobil, tidak tahu membeli barang belanjaan, atau lupa nomor telepon ialah di antara sebagian gejala ringan.

Apabila orang yang sakit lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air dikategorikan sebagai tingkat sederhana

Apabila orang yang sakit sudah tidak mampu melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri, keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat, ia menandakan orang yang sakit berada di tingkat yang serius.

Gejala

· agresif

· cepat marah

· kehilangan minat untuk berinteraksi

· sering menunjukan tingkah laku yang aneh, seperti menjerit dan terpekik

· sering berhalusinasi, mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan

· Kadangkala akan berjalan ke sana sini tanpa sebab yang jelas

· Pola tidur berubah (orang yang sakit akan lebih banyak tidur pada waktu siang dan terbangun pada waktu malam)

· Secara umum, orang sakit yang didiagnosis mengidap penyakit ini meninggal dunia akibat radang paru-paru atau pneumonia. Ini disebabkan, pada waktu itu orang yang sakit tidak dapat melakukan sembarang aktivitas lain. Berita buruknya penyakit Alzheimer ini, tidak dapat disembuhkan. Tetapi, gejalanya masih dapat dikendalikan dengan obat-obatan.

Orang-orang yang beresiko

· pengidap hipertensi yang mencapai usia 40 tahun ke atas

· Pengidap kencing manis

· Kurang berolahraga

· Tingkat kolesterol yang tinggi

· Faktor keturunan - mempunyai keluarga yang mengidap penyakit ini pada usia 50-an.

Pengidap Alzheimer yang terkenal:

· Enid Blyton

· Charles Bronson

· Winston Churchill

· Perry Como

· Alfred Deakin

· James Doohan

· Ralph Waldo Emerson

· Barry Goldwater

· Rita Hayworth

· CharltonHeston

Scizophrenia

Merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Schizoprenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Schizoprenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita Schizoprenia 75% Penderita Schizoprenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Seseorang yang mengalami gejala Schizoprenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Gejala

· ketidakmampuan seseorang untuk mengekspresikan emosi (wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh)

· penyimpangan komunikasi (penderita sulit melakukan pembicaraan yang terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial)

· gangguan atensi (penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi)

· Gangguan perilaku (menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin)

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

1. Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.

2. Gejala-gejala Negatif

Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Cara mengontrol atau mengantisipasi

Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.

Anoreksia

Atau biasa disebut anorexia nervosa, merupakan penyakit yang disebabkan oleh diet yang tidak sehat. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa ‘penuh’ atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet keras untuk mencapai tubuh yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian.

Bulimia

Jika penderita anoreksia mati-matian untuk menahan rasa lapar dan berupaya sekeras mungkin untuk tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar sehingga bisa tahan ‘hidup’ hanya dengan makan 2-3 sendok nasi per-hari, maka tidak demikian halnya dengan bulimia. Pada dasarnya, tujuan akhir dari penderita bulimia dan anoreksia adalah sama, yaitu ingin mempertahankan bentuk tubuhnya selangsing (sekurus) mungkin namun cara mereka yang berbeda. Penderita bulimia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka sukai. Mereka makan berlebihan untuk memuasakan keinginan mereka namun selanjutnya mereka memuntahkannya kembali hingga tidak ada makanan yang tersisa. Dapat dibayangkan jika seseorang terus menerus memuntahkan makanan yang mereka konsumsi, darimana mereka mendapatkan kalori untuk beraktivitas. Tubuhpun menjadi lemas, sulit untuk berpikir dan akhirnya tidak ada lagi energi yang dapat digunakan untuk mempertahankan dirinya.

Gejala

· Perasaan tidak berharga

· Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah

· Mudah merasa bersalah

· Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain

· Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak

· Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya

· Minta perhatian orang lain

· Depresi (sedih terus menerus)

Dampak

· Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun

· Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan

· Lemah, tidak bertenaga

· Sulit berkonsentrasi

· Gangguan menstruasi

· Kematian

Nahh,, sekarang udah pada tau kan, bahwa penyebab dari penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh kurangnya perhatian pada diri sendiri, yang kemudian berakibat kepada rasa minder, dan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Jadi mulai sekarang, ayo kita teriakkan keras-keras, I LOVE ME!!?

INDONESIA PERLU SIAP HADAPI GLOBALISASI KETIGA

Indonesia diharapkan bisa menyiapkan masyarakatnya guna menghadapi globalisasi ketiga, yaitu globalisasi budaya. Menurut Kepala Pusat Kajian Center Of National Research Scientific / CNRS (LIPI-nya Prancis) Dominique Wolton, dunia dewasa ini akan masuki perkembangan baru globalisasi. Setelah globalisasi politik dan globalisasi ekonomi umat manusia memasuki globalisasi budaya.

Globalisasi politik dimulai dengan terbentuknya PBB. Sedangkan globalisasi ekonomi mulai sejak perdagangan bebas dalam kurun waktu antara tahun 70-an. Dari ketiga globalisasi tersebut, lanjutnya, sektor budaya yang paling sulit dilakukan. Kesulitan terlaksananya globalisasi budaya, katanya, lantaran begitu banyaknya keanekaragaman di dunia. Namun, dia menegaskan, pemahaman terhadap proses ini bisa menstabilkan situasi budaya dunia yang mengalami ketidakstabilan dengan berlangsungnya globalisasi politik dan ekonomi. Faktor yang mempengaruhi terjadinya generasi ketiga ini adalah kecepatan info dan intensitas komunikasi yang lebih tinggi. “Walaupun ada ambiguitas yang melekat pada globalisasi budaya, yaitu sangat terbukanya dunia dan di sisi lain ada daya untuk mempertahankan diri,” katanya. Ia tidak sependapat dengan tesis Samuel Hutington yang menyatakan bahwa masa depan dunia akan diwarnai dengan peran peradaban. Padahal, lanjut Wolton, dengan kecepatan informasi dan komunikasi, globalisasi politik dan ekonomi hanya membuat dekatnya jarak territorial. Sedangkan globalisasi budaya, memperlihatkan hal yang lebih yaitu, mengetahui perbedaan satu sama lain.

Kajian CNRS menyebutkan, dengan masuknya informasi budaya dunia akan mengakibatkan penguatan budaya lokal disamping pertemuan budaya yang kian sering terjadi. “Masing-masing negara ingin berpartisipasi dan mengambil keuntungan, namun tumbuh juga keinginan untuk mempertahankan identitas,”. Bagi Indonesia ada hal positif yang telah dimiliki. Pertama, jumlah penduduknya yang sangat besar. Ini bisa membuat kekuatan kebudayaan lokal. Kedua, adanya bahasa yang digunakan secara bersama. Ketiga, Indonesia mempunyai warisan budaya yang besar, seperti Islam, Budha dan Barat. Diharapkan, kata dia, berbekal pada hal tersebut Indonesia bisa lebih baik memasuki globalisasi budaya ini.