UNGU - CINTA DALAM HATI

mungkin ini memang jalan takdirku mengagumi tanpa di cintai tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu telah lama kupendam perasaan itu menunggu hatimu menyambut diriku tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku reff:

ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu meski ku tunggu hingga ujung waktuku dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja

BUKU ATAU TELEVISI, JENDELA BAGI DUNIA?

Buku adalah jendela dunia. Diawali dengan sebuah slogan yang tentu sudah familiar ditelinga kita. Slogan tersebut menunjukkan bahwa buku mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan pola pikir masyarakat Indonesia. Melalui buku, kita dapat memperoleh beragam informasi mulai dari pengetahuan budaya, sejarah, sosial, politik, olahraga bahkan sampai hal yang tabu sekalipun. Akan tetapi, sungguh ironis jika keberadaan buku sebagai sumber informasi tidak diimbangi dengan minat baca yang tinggi pada masyarakat. Akibatnya, seringkali kita menjumpai buku hanya digunakan sebagai hiasan kamar, tertata rapi namun terbengkelai tak terbaca. Hal ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) 2006 yang menyebutkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).

Fenomena menarik lain yang menggambarkan rendahnya minat baca masyarakat ditunjukkan oleh even pameran buku yang selalu kalah ramai dari pameran komputer atau pameran lainnya. Fakta ini menunjukkan respon masyarakat terhadap buku tidak sebesar respon terhadap peralatan elektronik. Sungguh ironis, pada kasus lain sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan uangnya untuk membeli pulsa daripada untuk membeli buku. Apakah kita termasuk yang demikian?

Memang, tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi mempengaruhi minat baca masyarakat terhadap buku. Disatu sisi, perkembangan teknologi membawa dampak positif karena kita dapat memperoleh informasi dengan cepat. Misalkan melalui televisi, radio, internet dan lain sebagainya. Akan tetapi, disisi lain kondisi ini membuat buku menjadi tak menarik lagi dijadikan sebagai sumber informasi.

Kini, aktivitas membaca seolah menjadi aktivitas yang membosankan dan melelahkan. masyarakat lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menonton televisi daripada membaca. Masih menggunakan data BPS 2003 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berumur 15 tahun yang membaca koran hanya 55,11 persen, membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44.28 %, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 persen. Perkembangan minat baca setiap tahunnya sangat lambat bahkan cenderung stagnan. Kondisi ini bertolak belakang dengan peningkatan respon masyarakat kepada media televise, yakni mencapai 211%.

Perpustakaan dan minat baca

Pendidikan mempunyai peran penting dalam menumbuhkan minat baca masyarakat. Kita semua sepakat bahwa masyarakat berhak mendapatkan pendidikan murah dan bekualitas. Melalui pendidikan, diharapkan dapat menurunkan tingginya angka buta huruf masyarakat di Indonesia yang selama ini menghambat peningkatan minat baca masyarakat.

Selama ini perpustakaan menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Akan tetapi, muncul pertanyaan dalam benak, bagaimanakah kualitas perpustakaan yang ada di Indonesia saat ini? Sudahkah perpustakaan berperan optimal dalam menumbuhkan minat baca masyarakat? Dalam sebuah harian Koran nasional, data Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengungkapkan bahwa hanya 1% dari 260.000 sekolah dasar negeri yang memiliki perpustakaan (Kompas, 25/7/02). Data ini ingin menunjukkan pada kita bahwa sarana perpustakaan masih sangat minim di Indonesia terutama pada pendidikan tingkat dasar.

Pembenahan terhadap perpustakaan dan minat baca harus berjalan beriringan. Pembenahan sarana – prasarana terkesan sia – sia bila minat baca masyarakat rendah. Sebaliknya minat baca sulit ditumbuhkambangkan apabila sarana dan prasarana yang ada tidak memadai. Sarana – prasarana yang memadai, selama ini dinilai cukup mampu untuk memberikan stimulus upaya peningkatan minat baca masyarakat.

Terlepas dari ketersediaan perpustakaan disekitar kita, ternyata ketersediaan perpustakaan disekitar kitapun tidak langsung dapat menyelesaikan persoalan. Ketika perpustakaan telah ada, akan tetapi minat baca masyarakat rendah, alhasil perpustakaan tetap sepi pengunjung. Sepinya pengunjung perpustakaan dapat disebabkan berbagai faktor, Pertama karena memang minat baca masyarakat benar - benar rendah sehingga enggan mengunjungi perpustakaan. Kedua berasal dari internal perpustakaan itu sendiri, misalnya koleksi buku tidak lengkap, tempat kurang nyaman dan tidak strategis, dan lain sebagainya.

Apapun alasan kita dan bagaimana kondisi kita sekarang, kita harus sadar bahwa bangsa Indonesia dibangun oleh para cendekiawan – cendekiawan cerdas yang belajar dari buku dan dunia. Pendeknya, buku, perpustakaan, hanyalah sabuah sarana bagi kita untuk mengembangkan wawasan kita. Akan tetapi, sarana tidak bernilai apa- apa jika tidak dimulai dengan menumbuhkembangkan minat baca dalam diri kita. Ayo membaca!!!

RASIMIN (BONI)

*) Eks Kadept Advokasi BEM FTP 2007,

Sekjend BEM FTP 2008,

Mahasiswa TIP angkatan 2005

EKSISKAH PERPUSTAKAANKU???

Bukan hal yang tabu, ketika kita membicarakan hak pribadi yang begitu penting, namun telah terlupakan oleh orang lain. Salah satunya yaitu mendapatkan keprofesionalitasan dari para pustakawan kita. Bukan berarti perpustakaan kesayangan kita tidak terjaga dengan baik lantas kita terabaikan, melainkan bagaimana sikap profesionalisme ditunjukan oleh mereka kepada kita selaku konsumen pustaka.

Tentunya akan banyak sekali kegunaan dari perpustakaan dalam kehidupan kita selaku mahasiswa. Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini tidak sedikit mahasiswa yang membutuhkan serta menikmati fasilitas dari perpus. Buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian dan berbagai koleksi referensi digunkan untuk keperluan perkuliahan, praktikum, dan proses pembelajaran lainnya di kampus FTP. Namun bagi sebagian orang, sikap profesionalisme dari pustakawan dirasa kurang ditonjolkan dalam perpus. Ataukah system dari perpustakaan ini yang salah?

Mahasiswa dan dosen FTP-UGM seyogyanya secara otomatis menjadi anggota perpustakaan. Walau mahasiswa diwajibkan mempunyai kartu anggota untuk keperluan menggunakan fasilitas perpustakaan, kartu anggota seharusnya tidak dipungut biaya administrasi lagi karena dapat diperoleh dengan menyerahkan foto kopi kartu mahasiswa atau bukti pembayaran SPP pada semester yang berlaku dan dua lembar pasfoto (3 x 4 cm). Selain itu pelayanan yang diberikan setiap hari kerja, Senin - Kamis mulai pukul 7:00 - 16:00 dan hari Jumat : 07:00 - 15:00, belum diupayakan secara maksimal. Buktinya perpustakaan dibuka setelah 30 menit dan ditutup sebelum 30 menit dari waktu seharusnya. Padahal bagi sebagian mahasiswa yang sedang praktikum, tentunya hal ini sangat tidak menyenangkan. Karena seharusnya merekapun bisa menikmati fasilitas perpus pada waktu sore hari setelah praktikum. Bahkan khusus untuk hari Sabtu, perpustakaan yang seharusnya dibuka mulai pukul 07:00 - 14:00, malahan tidak buka. Perpustakaan menggunakan sistem pinjam terbuka/open acces untuk melayani kebutuhan mahasiswa dan peminjam lainnya. Sistem ini memberikan keleluasaan kepada pemakai untuk mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri. Namun yang terjadi, ada beberapa buku (seperti buku, Introduction to Food Engineering karya R. Paul Singh) bahkan untuk difotokopi keluar saja tidak diperbolehkan, apalagi dipinjamkan. Dalam pelayanan ineternetisasi perpus, cukup dikenakan biaya 1000 rupiah per jam. Padahal untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di perpustakaan sebaiknya disediakan pelayanan internet gratis. Tidak hanya itu, perpus FTP juga tidak menerima fotokopi padahal jelas-jelas sudah disediakan mesinnya.

Sungguh ironis ketika perpus kesayangan kita ini bercita-cita menyongsong kepada digital library / perpustakaan maya. Padahal, hal yang demikian tidak bisa hanya merealisasikan penyerahan skripsi dan tesis dalam bentuk CD. Namun lebih kepada sikap dan sifat professional yang diberikan oleh semua pustakawan (mahasiswa, dosen dan pengampu perpus). Sehingga Perpustakaan FTP UGM bisa eksis dan lebih baik dari sekarang.

{septa}

MERAJUT SELENDANG KARTINI

Masih terngiang di kepala kita, ketika waktu itu dengan semangat nan lantang kita menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini di depan kelas. Dengan menyanyikan lagu seraya mengenakan kebaya khas Ibu Kartini, menggambarkan bahwa kita sangat menyayangi serta menghormati perjuangan beliau. Demikianlah kenangan itu, yang akan terus menjadi tradisi, yang akan berulang dari tahun ke tahun.

Menghormati suatu perjuangan pada hakikatnya bukanlah sekedar memakai busanan tradisi belaka atau hanya menyanyikan lagu tanpa makna, melainkan memahami untuk diterapkan dalam hidup ini. Di akui bahwa cita-cita kartini belum tentu benar, namun bukan hal yang salah ketika perempuan di negri ini lebih terhormat. Perempuan adalah sesuatu yang penting. Tidak ada pribadi yang terbentuk tanpa perempuan. Maka dari itu, ketika bangsa ini mengeyampingkan masalah perempuan, maka ia telah menyingkirkan jati diri bangsa. Bukan karena peranan pria tidak penting, namun karena perempuan adalah calon ibu yang akan membentuk jati diri sang anak. Jati diri untuk mengakui bahwa Akulah anak Indonesia. Sehingga wajar hak perempuan untuk diperjuangkan.

Tetapi apakah emansipasi perempuan benar-benar penting dan dibutuhkan oleh bangsa ini? Bukankah perempuan kini lebih bangga dengan pekerjaannya mencari nafkah ketimbang menyusui anaknya, bukankah perempuan kini lebih bangga bila tubuhnya yang seksi dilihat seluruh kaum adam ketimbang suaminya seorang, bukankah anak-anak kita jaman sekarang dapat bertanya lewat internet dengan google-nya ketimbang kepada sang ibu. Padahal menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah. Ibu harus berwawasan luas, ibu juga harus pintar menyiasati sesuatu, sehingga posisi ibu merupakan posisi yang memiliki peranan penting dalam keluarga. Apakah kita sadar akan hal itu?

Alangkah indahnya bila semua berada pada posisinya masing-masing. Kata orang, adil bukan berarti menyamaratakan sesuatu, melainkan menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Sehingga bukan berarti posisi istri menggantikan suami lantas suami menjadi sang ibu. Demikian juga dengan konsep kartini, cita-cita kartini tentu tidak serendah itu. Kartini tentu menginginkan perempuan Indonesia mempunyai wawasan yang luas dengan bersekolah. Kartini juga pasti menginginkan derajat wanita menjadi mulia dengan menjadi ibu yang baik. Bukankah selendang Kartini begitu hangat ketika kita memahaminya dengan baik. Lantas, kini apa yang menjadi penghalang kita untuk merajut kembali selendang Ibu Kita Kartini?

{septa}

D’MASIV - CINTA INI MEMBUNUHKU

D’MASIV CINTA INI MEMBUNUHKU kau membuat kuberantakan
kau membuat ku tak karuan
kau membuat ku tak berdaya
kau menolakku
acuhkan diriku
bagaimana caranya untuk
meruntuhkan kerasnya hatimu
kusadari ku tak sempurna
ku tak seperti yang kau inginkan
Reff:
kau hancurkan aku dengan sikapmu
tak sadarkah kau telah menyakitiku
lelah hati ini meyakinkanmu
cinta ini membunuhku

ANTARA ADVOKAT DAN KOMITMEN

"Maaf, ku tak seperti yang kau inginkan!!!" Sepenggal syair yang patut menjadi perhatian kita. Ketika kondisi kita kini, terkadang tidak seperti apa yang kita impikan. Mimpi untuk hidup sejahtera, punya rumah, punya mobil, sungguh tidak ada yang salah dengan itu. Semua tentu punya impiannya masing-masing. Mimpi untuk menjadi lebih baik tentunya. Tak lama jua, ketika Bangsa ini ganti tonggak pemerintahan, tidak ada rasa perubahan yang signifikan terjadi. Pasalnya tidak bisa kita pungkiri, masih banyak anak jalanan berkeliaran, pengemis meminta-minta, selayaknya kemiskinan dan kebodohan belum terlepas dari bangsa ini. Hal itulah yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita. Namun apa daya ketika otak kita telah terjejali pemahaman, "mengurus bangsa itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan!". Sungguh ironis, padahal tidak sedikit orang yang mau menjabat di pemerintahan. Walaupun hanya sekedar numpang nama dan terima gaji. Selama ini kita terus dihantui tanggung jawab yang menyeluruh. Tanggung jawab untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan bangsa kita sendiri. Banyak teman-teman kita yang terus berjuang tanpa rasa lelah. Mereka tidak butuh gaji untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Sungguh aku merasa hati mereka ikhlas. Melawan tindak-tanduk meresahkan dari para pejabat jahat. Melawan mereka yang bergaji. Begitukah? Apakah bukan hanya sekedar omong kosong belaka, mereka dapat ikhlas, dalam menyuarakan kritik dan saran ke pemerintah. Bagaimana dengan kehidupan mereka seharusnya. Kehidupan yang seperti mereka inginkan. Keinginan untuk hidup damai dan sejahtera. Seharusnya mereka sadar bahwa mereka hanya bicara tanpa bertindak. Bagaimana jika seorang advokat menerima gaji juga? Apakah mereka bisa tetap tegar dalam bersuara. Bagaimana bila advokat telah menjadi teknokrat? Wahai kawanku, kata orang, "bila masih muda, menjadi seorang advokat itu baik. Bila sudah tua, menjadi seorang advokat itu BODOH." BEGINIKAH BENTUK BANGSA KITA? BANGSA YANG SEKARANG DIISI OLEH ORANG-ORANG ADVOKAT TERDAHULU. Berapa lama lagi kita hanya bisa bicara. Mari kita bertindak, bertindak akan sesuai norma agama, pancasila dan adat istiadat yang baik. Jangan pernah berbicara tanpa pernah melakukan apa yang kita bicarakan. Advokat bukan sekedar pekerjaan. Bukan juga sekedar profesi. Advokat harus dijiwai dengan tulus. Ayo kita menjadi advokat sejati. Advokat yang tidak pernah pupus sepanjang masa.

DIRLY SAHABATKU

Bukan seorang penyanyi, apalagi artis, Dirly, tidak punya nama awal maupun akhir, namanya singkat hanya Dirly.
Tampaknya ingatanku sudah tidak sesegar dulu lagi, ketika waktu itu masih menimba ilmu di pondok pesantren La-Tansa, awal dari kisah menarik yang akan aku jalani. Kehidupan pondok tidak senikmat kehidupan di rumah sendiri. Semua harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Demikian pula untuk kehidupan yang paling pribadi sekalipun. Bagaimana tidak, semua santrinya tidak boleh keluar dari lingkungan pondok. Terlebih semua detik waktu yang didapat, diatur oleh kakak kelas yang menjadi algojo setiap waktu. Kalo ngelawan bisa dihukum habis-habisan.
Suatu hal yang sangat aku syukuri, ketika aku cukup dapat mengatur waktu yang sedemikian padatnya. Banyak sekali kawan-kawan seperjuanganku yang belum bisa mengatur susahnya hidup di pondok. Ketika kesalahanmu terlihat oleh jasus (mata-mata hukum), maka sangat sulit untuk melepakan diri dari jeratan hukum.
Dirly, bukanlah seorang penyanyi, apalagi artis. Dia adalah sahabat yang sangat tidak bisa tergantikan di dunia ini. Dirly berasal dari Lampung. Perawakannya yang lugu, bodoh dan cupu itu tidak bisa aku lupakan. Dia bukanlah orang normal, karena di adalah orang idiot. Orang yang unik, yang sekali lagi sangat tidak bisa tergantikan di dunia ini. Kepintarannya jauh di bawah rata-rata, sungguh aku tidak punya kata-kata lagi untuk menjelaskan kebodohannya, selain banyak sekali hukuman yang pernah ia terima. Bayangkan saja, kakinya bengkak akibat dipukuli kakak kelas, lalu tangannya yang tidak berwarna ungu lagi menghiasi kulitnya. Bajunya lusuh dan bau, karena tidak pernah dicuci. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak mempunyai uang untuk membayar ibu cuci. Keluarganya tidak pernah menjenguknya, setidaknya selama pengamatanku. Dia selalu menjadi bulan-bulanan kakak kelas, tidak hanya itu, teman-teman sekelas juga sering menjahilinya. Dirly, sungguh malang nasibnya.
Entahlah, hanya saja dia orang terpolos yang pernah aku kenal. Walaupun dia idiot, hatinya bagaikan emas murni. Mungkin inilah yang dikatakan orang berhati lembut. Dan kenapa, dari situ rasa simpatiku muncul. Bukan rasa untuk mengasihani, tapi lebih rasa untuk melindungi. Melindungi dari segala bentuk penindasan. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan. Kata orang, tidak perlu sebuah alasan untuk berbuat baik. Dia kulindungi seperti adik sendiri. Ketika forum belajar di dalam kelas, aku berusaha mengajarkan pelajaran yang disampaikan sebaik mungkin. Aku berusaha memberikan dorongan agar dia menjadi aktif di kelas. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Dia telah menjadi seorang yang berbeda. Aku sangat senang sekali. Detik berganti detik, hari berganti hari dan bulan berganti bulan, tak terasa hampir satu tahun aku di pondok. Dan di luar dugaan, aku telah divonis mengidap penyakit asma dan liver. Kata dokter hepatitis-ku, sudah mencapai tingkat attention. Mau tidak mau, aku harus di rawat inap di kota kelahiranku, Serang. Kini aku harus pulang. Detik-detik terakhir sebelum berangkat, aku berusaha memperhatikan keadaan sekitar. Mencari sesosok yang seharusnya aku lihat, "Dirly, kemana kamu?". Mobil orang tuaku sudah siap untuk menjemputku. Aku masih mencarinya. "Ya Allah, mengapa di kunjung hadir? Padahal aku berharap dia datang kesini untuk mengantar ku." gumamku dalam hati. Aku merasa aku tidak akan pernah kembali lagi kesini. Mungkin aku akan pergi meninggalkan dia selamanya. Aku berharap hanya untuk kali ini saja, please! Beberapa bulan kemudian, kondisiku berangsur membaik. Aku dinyatakan masih mengidap, jadi aku harus kontrol ke dokter sebulan sekali. Sejenak ku terkenang, akan sahabatku Dirly. Aku berharap, suatu saat nanti kita bertemu dan ... entahlah aku sudah putus asa.

5 MENIT LAGI

Hari ini aku sedang online disebuat warnet dekat tempat kosku. tidak hanya aku disitu, ternyata banyak yang sedang online juga. ah apa mereka benar-benar sedang online. pertanyaan yang sangat menggelitik hatiku. bagaimana tidak, dunia maya merupakan tempat yang sangat maya. bukan berarti maksudku untuk mengartikan dua kata kata dari "dunia" dan "maya". tapi siapa kamu, siapa saya tidak akan pernah terungkap suatu kebenaran reiil. mungkin benar bahwa kebenaran itu relatif. tapi menurutku, itu akan benar-benar terjadi jika kamu melihat kehidupan ini seperti melihat kehidupan di depan monitor warnet. satu persatu teman seperjuanganku telah berguguran. kini tinggal aku si nomor 18, 23 dan 25. kebetulankah? tersenyap-senyap perasaanku ketika terdengan suara generator tepat dibelakang tembokku. "apa yang sedang terjadi?" pikirku. ah mungkin ini semua merupakan timbal balik dari suatu pembenaran struktur gedung. terdengan lagi suara klak-klik dari nomor 23. posisi ku memang tempat strategis, yaitu tepa di depan si no 23 dan 25. ketika itu juga aku benar-benar merasa bete banget. kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 1.25 siang. "ah masih 5 menit lagi." gumamku. ketika mencapai batas maximal. akhirnya aku keluar. dengan maksud hati untuk membayar uang warnet tentu saja. ketika aku merogoh uang sakuku, tanpa tersadar ku melihat nomor kartu 23 TEPAT DIDEPANKU.

SELAMAT DATANG

Well, ini adalah blogku yang pertama, dimana aku berharap bisa belajar banyak dari blog ini. sebenarnya tidak ada ide khusus yang mendasariku untuk membuat blog. hanya saja ketika aku bertemu dengan seseorang yang, menurutku dia menarik (entah kenapa), aku selalu saja ingin belajar sesuatu yang baru. sesuatu yang akan sangat berguna ketika kau tidak menyadarinya. banyak hal memang. terlepas kita menyadari atau tidak.

Suatu saat aku bertemu dengannya lagi. dan ketika itu pula aku selalu melihat sesuatu yang cerdik dari tingkahnya. seperti seseorang akan mengatakan "sesuatu yang baru akan keluar dari idenya". begitu pula untuk hari itu. untuk suatu tugas yang katanya sih mulia. mencari ibadah atau semacamnya. lalu semua bersiap untuk memberikan argumen terbarunya. terbayang-bayang dalam pikiranku ketika mulutku bersiap melontarkan suatu argumen bahwa akau punya hal yang baru.

Tentu saja otakku berpikir tujuh keliling bagaikan rasi bintang galaksi bimasakti. memikirkan apa yang akan aku utarakan kepada teman-teman dan orang cerdik itu. hati ku berdegub dan darahku memanas dalam tubuh. dan akhirnya "aku telah membuat sebuah blog untuk menulis". Begitukah?

Sejenak semua hening bagaikan malam ditelan sepi. diam tak bergerak, sepi tak bersuara. sudah kulihat reaksi mereka, dan orang itu, "haha, cuma itu, itu sih aku juga punya". ah, sejenak ku terhenyak, "apa, sial, sial, sial, kenapa sih orang itu selalu mendahuluiku. apa gak ada yang bisa lakukan dengan baik, sesuatu hal baru gitu." hatiku terus bergumam.

Ah tentu saja kali ini aku kalah dari dia, tapi tidak untuk lain kali. aku harus lebih baik dari dia. bukan untuk menjadi yang sempurna melainkan menjadi lebih baik. So, Selamat Datang:)